Beranda | Artikel
3 Catatan Fenomena Penutupan Lokalisasi
Kamis, 19 Juni 2014

Penutupan Lokalisasi

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala rasulillah, amma ba’du,

Catatan pertama,

Ketika walikota surabaya, Ibu Tri Rismaharani mendeklarasikan penutupan kampung zina terbesar di Indonesia, ribuan pasukan iblis pembela maksiat berusaha menghadang dengan berbagai makarnya. Anehnya, mereka tidak segan meminjam istilah islam sebagai nama kegiatan mereka, mulai dari pengajian akbar Pro Rakyat bersama Gus Gendheng, hingga Istighatsah kubro menolak penutupan lokalisasi. Penutupan lokalisasi tidak sejalan dengan prikemanusiaan.

Dari mana mereka bisa menggunakan istilah itu?

Tidak lain adalah wahyu iblis. Dia membisikkan kepada bala tentaranya berbagai alasan dan dalil untuk melestarikan kemaksiatan.

وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِينَ الْإِنْسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُورًا

Demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap Nabi itu musuh, yaitu setan dari jenis manusia dan jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). (QS. Al-An’am: 112)

Kenyataan ini memberi pelajaran bagi kita, apapun bentuk kejahatan, kemaksiatan, dan kesesatan, semuanya memiliki dalil dan alasan.

Ketika Iblis menolak untuk tunduk terhadap perintah Allah untuk sujud kepada ‎Adam, dia menggunakan dalil. Dalil yang digunakan iblis adalah dalil qiyas.,

قَالَ مَا مَنَعَكَ أَلَّا تَسْجُدَ إِذْ أَمَرْتُكَ قَالَ أَنَا خَيْرٌ مِنْهُ خَلَقْتَنِي مِنْ نَارٍ وَخَلَقْتَهُ مِنْ طِينٍ‏

Allah berfirman: “Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu ‎aku menyuruhmu?” Iblis menjawab, “Saya lebih baik dari pada dia, Engkau ciptakan saya ‎dari api sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah”. (QS. Al-A’raf: 12)‎

Di ayat lain, Allah berfirman,‎

وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ قَالَ أَأَسْجُدُ لِمَنْ خَلَقْتَ طِينًا

Ingatlah, tatkala Kami berfirman kepada Para Malaikat: “Sujudlah kamu semua kepada ‎Adam”, lalu mereka sujud kecuali iblis. Dia berkata: “Apakah aku akan sujud kepada ‎orang yang Engkau ciptakan dari tanah?” (QS. Al-Isra: 61)‎

Menurut iblis, api lebih mulia dari pada tanah. Dengan logika ini, dia beralasan, makhluk ‎yang lebih baik asal penciptaannya, tidak selayaknya memberikan hormat kepada ‎makhluk yang lebih rendah asal penciptaannya.

Semata berdalil, bukan jaminan itu benar. Namun perlu juga ditimbang dengan ‎keshahihan cara berdalil. Kenyataan ini menuntut kita untuk semakin cerdas memahami dalam memahami dalil.

Catatan kedua,

Kita yakin, para tokoh agama setempat tentu telah mengingatkan bahaya zina dan dampak buruk dosa zina. Karena hukum al-Quran yang berbicara masalah ini sudah sangat jelas.

Tapi mengapa penjelasan kiyai tentang hukum al-Quran tidak bisa mencegah mereka?

Tentu bukan kiyainya yang salah. Para kiyai telah menyampaikan peringatan kepada mereka.

Namun seperti inilah manusia. Banyak orang yang mereka tidak bisa dihentikan untuk maksiat dengan penjelasan al-Quran. Dan ketika itulah, Allah menunjuk penguasa untuk mencegah mereka.

Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu mengatakan,

إن الله يزع بالسلطان ما لا يزع بالقرآن

Sesungguhnya Allah mencegah maksiat dengan kekuasaan, yang tidak bisa dicegah dengan dakwah al-Quran. (Simak Tarikh al-Madinah, Ibnu Syabbah an-Numairi, 3/988).

Kita patut bersyukur, ketika Allah memberikan pemimpin yang berpihak terhadap kebenaran, mengawal langkah setahap terwujudnya aturan syariat.

Catatan ketiga,

Tempat lokalisasi terbesar di Indonesia itu telah bertahan 100 tahunan di tengah kerumunan masyarakat pengagung para wali. Kita yakin kesehariannya mereka adzan dan suara dzikiran di masjid. Dan tidak lupa, para kyai setempat pasti sudah sering mengingatkan bahaya zina.

Namun ketika amar makruf nahi munkar tidak ditegakkan secara penuh, di saat itulah kebatilan akan terus bertahan dan terus berdikari.

Di sinilah fungsi besar pihak yang berwenang sangat dibutuhkan, karena keterlibatan mereka dalam amar makruf nahi munkar, memberikan peran penting terhadap pendidikan masyarakat.

Seorang ulama menasehatkan,

الامر بالمعروف والنهي عن المنكر سفينة النجاة

Amar makruf nahi munkar adalah perahu keselamatan.

Keberadaan orang soleh tidak ada artinya ketika mereka hanya diam di hadapan kemaksiatan.

Ummu Salamah pernah bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

يَا رَسُولَ اللهِ أَنَهْلِكُ وَفِينَا الصَّالِحُونَ؟

“Ya Rasulullah, apakah kita akan binasa sementara banyak orang soleh di tengah kita?”

Jawab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

نَعَمْ، إِذَا كَثُرَ الْخَبَثُ

”Ya, jika maksiat merajalela.” (HR. Muslim 2880).

Siapa yang kuat, dia yang berkuasa. Orang baik namun lemah, hanya akan ditindas mereka yang jahat. Di saat itulah kemaksiatan menjadi pemenang.

Orang baik yang kuat, akan membuat kerdil ahli maksiat. Di saat itulah, kebenaran akan menjadi pemenang.

Dari Sa’d bin Abi Waqqash radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memuji kedisplinan Umar dalam amar ma’ruf nahi munkar, hingga setanpun takut kepadanya.

يَا ابْنَ الخَطَّابِ، وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ مَا لَقِيَكَ الشَّيْطَانُ سَالِكًا فَجًّا قَطُّ، إِلَّا سَلَكَ فَجًّا غَيْرَ فَجِّكَ

”Hai Umar bin Khatab, demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, jika ada setan yang memergokikamu di satu jalan, maka dia akan mencari jalan yang lain selain jalan yang kamu lewati.” (HR. Bukhari 3683).

Selama kita mampu melakukan amar ma’ruf nahi munkar, jangan ditunda, sebelum ahli maksiat menjajah.

Allahu a’lam.


Artikel asli: https://konsultasisyariah.com/22822-3-catatan-fenomena-penutupan-lokalisasi.html